Rabu, 01 April 2015

TUGAS TERSTRUKTUR PENGEREGAJIN DAN PENGERINGAN KAYU





TUGAS TERETRUKTUR
PENGGEREGAJIAN DAN PENGERINGAN KAYU
PENGERINGAN KAYU DENGAN TEKNOLOGI RADIASI MATAHARI




NAMA MAHASISWA :
ALFIUS JONI ( G01110007 )


                                                                                   












FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK




BAB 1
PENDAHULUAN


Pengeringan secara radiasi matahari adalah proses pemakaian panas dan pemindahaan air dari bahan  yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan.Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikerinngkan.Dalam hal ini kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan.
Kemampuan udara  membawa membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar bahan semangkin besar.Salah satu faktor  yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir.Udara yang tidak mengalir menyebabkan  kandungan uap air disekitar  bahan yang dikeringkan semangkin jenuh sehingga proses pengeringan semangkin terhambat.
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air dalam bahan sampai batas perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri berhenti sama sekali sehingga kayu yang diawetkan mempunyai kualitas yang baik,sehingga mudah dalam pengolaahannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua yaitu:faktor yang berhubungan dengan udara pengering seperti suhu,kecepatan aliran udara pengering,dan kelembaban udara.sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat kayu yang dikeringkan berupa ukuran bahan,kadar air awal,dan tekanan parsial bahan.
Suhu yang semangkin tinggi dan kecepatan aliran udara pengering semangkin cepat akan mengakibatkan proses pengeringan semangkin cepat.semangkin tinggi suhu udara  udara pengering semangkin besar energi panas yang dibawa udara,sehingga semangkin banyak
Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air,apabila kelembaban tinggi,maka perbedaan tekanan uap air  didalam kayu dan diluar kayu sehingga peroses pengeringan terhambat.

Pengeringan Dengan Menggunakan Tanur Tenaga Matahari

Pengeringan tanur dilakukan di Amban Manokwari dan penimbangan dilaksanakan
di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan UNIPA Manokwari. Pengeringan dengan
menggunakan tanur tenaga matahari dimulai tanggal 1 Mei 2006 sampai dengan 5 Juni
2006.
Proses pengeringan sampel atau contoh uji pengeringan adalah sebagai berikut :
- Sampel yang telah dipotong sesuai ukuran di Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan, ditimbang berat awalnya dan diberi nomor pada sampel yang akan
dikeringkan.
- Selanjutnya contoh uji yang akan dikeringkan ditumpuk horizontal dalam ruang
pengeringan. Pada proses pengeringan menggunakan ganjal dengan ukuran
tebal, lebar dan jarak antar ganjal yang sama. Menurut Peck (1956) dalam
Malau (1996), tebal ganjal yang umum digunakan untuk kayu daun lebar adalah
2 cm.



 Pengeringan Dengan Menggunakan Tanur Tenaga Matahari

Pengeringan tanur dilakukan di Amban Manokwari dan penimbangan dilaksanakan
di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan UNIPA Manokwari. Pengeringan dengan
menggunakan tanur tenaga matahari dimulai tanggal 1 Mei 2006 sampai dengan 5 Juni
2006.
Proses pengeringan sampel atau contoh uji pengeringan adalah sebagai berikut :
- Sampel yang telah dipotong sesuai ukuran di Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan, ditimbang berat awalnya dan diberi nomor pada sampel yang akan
dikeringkan.
- Selanjutnya contoh uji yang akan dikeringkan ditumpuk horizontal dalam ruang
pengeringan. Pada proses pengeringan menggunakan ganjal dengan ukuran
tebal, lebar dan jarak antar ganjal yang sama. Menurut Peck (1956) dalam
Malau (1996), tebal ganjal yang umum digunakan untuk kayu daun lebar adalah
2 cm.



BAB 11
PEMBAHASAN

Menurut LIKI LAHIDU dalam penelitiaanya:PENGERINGAN KAYU DENGAN TENAGA MATAHARI PADA 3(TIGA) JENIS KAYU KPMERSIL ASAL PAPUA.Di bawah bimbingan Leo Maturbongs ,sebagai pembimbing utama dan Yosias Gandhi sebagai pembantu pembimbing.Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ketebalan 2 cm kecepatan penurunan kadar air kayu syzygium sp sebesar 1,94% per hari,kayu Dillnea sp  sebesar 3,80% per hari dan kayu arthocarpus communis
J.R&G forest sebesar 3,03%/hari.pada ketebalan 4 cm,kecepatan pengeringan kayu artocarpus communis   J.R&G Forest lebih besar dari kayu  Dillnea sp dan syzygium  sp  dengan nilai kecepatan pengeringan sebesar 4,58%/hari kemudian diikuti aleh kayu Dillnea sp  dengan nilai sebesar 3,83%/hari dan yang terkecil yaitu  kayu syzygium sp  sebesar 1,81%/hari.Pada ketebalaan 6cm,kayu Arthocarpus communis J.R&G mempumyai kecepatan pengeringan terbesar yaitu 5.06%/hari diikuti kayu Dillnea sp sebesar 3,55%/hari dan kayu Syzygium sp dengan kecepatan pengeringan terkecil 1,64%/hari.
Penyusutan dari segar kekering udara,kayu Syzygium sp pada arah tangensial sebesar 3.80%,arah radial sebesar 1,56% dengan nilai ratio T/R ratio sebesar 2,47.Pada kayu Dillnea sp ,penyusutan arah tangensial sebesar 4,28% dan arah radial sebesar 1,66% dengan ratio T/R sebesar 2,89%.Pada kayu Arthocarpus comunnis J.R&G Forst pada arah tangensial sebesar 2,14% dan arah radial sebersar 0.95% dengan nilai ratio T/R sebesar 2,27.Penyusutan dari kering udara ke kering oven pada kayu Syzygium sp sebesar 4,01% pada arah tangensial dan pada arah radial sebesar 2,42% dengan nilai T/R rasio 1,66%.Pada kayu Dillnea sp  penyusutan arah tangensial  sebesar 4.40% dan arah radial sebesar 2,22% dengan nilai T/R rasio 2,06%.Pada kayu Arthocarpus communis J.R&G Forst penyusutan pada arah tangensial sebesar 2,91% dan arah radial sebesar 1,97% dengan nilai T/R rasio sebesar 1,51%.
Bentuk-bentuk cacat  yang terjadi setelah proses pengeringan pada kayu Syzygium sp adalah retak,pecah tertutup,lengkung dan perubahan warna.Cacat yang terjadi pada kayu Dillnea sp yaitu retak,pecah tertutup,lengkung ,membusur,mencawan,memuntir dan perubahan warna.Pada kayu Arthorcarpus communis J.R&G Forst cacat atau kerusakan yang terjadi setelah proses pengeringan yaitu retak,mencawan dan perubahan warna.


 BAB 111 PENUTUP

  
KESIMPULAN

Manfaat  pengeringan kayu
Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air  kayu sampai mencapai kadar air lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara dimana kayu tersebut ditempatkan(Tsoumis,1991).Pada umumnya dalam pengunaannya, kayu haarus dikeringkan terlebih dahulu.Alasan dilakukannya pengeringan kayu antara lain:
1.Penyusutan pada produk yang mengunakaan kayu yang dikeringkan akan berkurang,pembengkokan dan belah ujung dapat dihindarkan.
2.kayu terlindung dari jamur pembusuk dan jamur pewarna,sehingga kayu akan lebih awet.Tingginya temperatur pada pengeringan tanur membunuh insekta dan jamur yang dapat hidup dalam kayu.
3.pengeringan menghasilkan kekuatan yang tinggi,dengan asumsi tidak terjadinya cacat khususnya belah ujung.Selain itu ,kuat pegang paku terhadap kayuakan meningkat.
4.Meningkatkan kualitas hasil pengecatan dan proses pengerjaan  akhir.
5.Berat kayu berkurang sehingga biaya transfortasi bisa lebih murah.


SARAN
                
Dalam penelitian ini perlu dikembangkan lagi karena penelitian ini masih sangat sederhana,sehingga perlu penelitian lanjutan dalam peroses pengeringan kayu dengan metode yang dilakukan oleh Liki lahidu,masih banyak mengalami kerusakan trutama retak dan pecah.


DAFTAR PUSTAKA

Lahidu,lak i.2007,Pengeringan Kayu dengan Tenaga Matahari Pada 3(Tiga) Jenis Kayu     Komersil  Asal Papua,Skripsi Universitas Papua Manokwari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar