Rabu, 01 April 2015

LAPORAN PRATIKUM STABILITAS DIMENSI KAYU


L A P O R A N
PRAKTIKUM FISIKA KAYU
Stabilitas Dimensi Kayu


Oleh :
ALFIUS JONI  : G01110007
  
 








FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, dengan selesainya Laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.   Dr. Dina Setyawati, S.Hut, M.Si. sebagai pembimbing Mata Kuliah serta pembimbing Praktikum Fisika Kayu. yang telah banyak memberi masukan sehingga Laporan ini dapat diselesaikan.
2.   Ir. Hj. Gusti Eva Tavita, M.Si dan Ir. Hj Fadilah H Usman.
3.   Teman-teman yang mendukung dalam pembuatan Laporan ini baik berupa moril
maupun materil.
4.   Semua pihak yang terlibat dalam penulisan Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan dari segi keilmuanya. Sehubungan dengan itu, penulis sangat mengharpakan keritik dan saran yang sifatnya membangun agar bermakna bagi penulis dalam melakukan penulisan berikutnya. Dan penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengatahuan.
Atas kebaikan, dorongan, dan segala bantuan dari Ir. Hj. Fadilah H. Usman, M. Si, Ibu Ir. Gusti Eva Tavita, M.Si dan Dr. Dina Setyawati, S.Hut, M.Si. Tidak lupa penulis sampaikan Terima Kasih yang sebesar-besarnya. Dan penulis juga berdoa semoga Tuhan senantiasa membalasnya setimpal dengan kebaikan yang Ibu berikan kepada penulis.

Pontianak,  Desember 2012

Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….................. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B.     Tujuan  ……………………………………………………………………..... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sifat Umum Kayu …………………………………………………………… 3
B.     Perubahan Dimensi Kayu ………………………………………………….... 3
BAB III PROSEDUR KERJA
A.    Alat  …………………………………………………………………………. 7
B.     Bahan  ……………………………………………………………………….. 7
C.     Prosedur Praktikum………………………………………………………….. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil ………………………………………………………………………... 9
B.     Pembahasan ……………………………………………………………...… 9
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………. 13
B.     Saran ……………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………................ 14




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu.  Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya.  Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Perlu diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber potensi hutan yang tidak sedikit, sekitar 4.000 lebih jenis kayu. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat serta kegunaannya dan jumlah ini pun masih juga belum memenuhi sasaran tujuan pemakaian. Sebagaian masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu tertentu. Misal Pulau Jawa masih identik dengan kayu Jati. Demikian dengan Pulau Kalimantan yang identik dengan kayu Kampernya. Akibatnya jenis kayu lainnya yang justru mungkin memiliki potensi lebih besar tidak mendapat tempat dihati masyarakat pemakai kayu.
Hutan dan kayu merupakan rahmat dari TUHAN YME yang perlu dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia. Hanya untuk permasalah saat ini bagaimana cara manusia untuk  memanfatkannya. Kayu merupakan salah satu hasil dari sumber kekayaan alam hayati yang kita sadari atau tidak sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi (seperti meja, kursi, almari, dipan dan lain-lain). Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.


B.     Tujuan
1.      Stabilitas Dimensi Kayu
*     Mengenal dan mengetahui pengertian serta konsep stabilisasi dimensi pada kayu.
*     Mengenal dan mengetahui metode dan usaha-usaha dalam rangka meningkatkan kestabilan dimensi kayu.
*     Membandingkan perbedaan tingkat kestabilan dimensi kayu dalam berbagai indikator ‘bulking agent’.
*     Membandingkan kestabilan dimensi antara kayu yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sifat Umum Kayu
Kayu merupakan komposit biopolimer berdimensi tiga yang mengandung phase solid dan kosong (void). Kayu tersusun atas berbagai jenis sel, yang terbagi menjadi dinding sel (cel wall) dan rongga sel (lumen). Air sebagai salah satu kebutuhan dalam pertumbuhan pohon akan mengisi dinding sel dan rongga sel kayu. Air pada sel terdiri dari air terikat, air bebas dan uap air. Air terikat (bound water) adalah air yang terdapat pada dinding sel, sedangkan air bebas (free water) dan uap air adalah air yang terdapat pada rongga sel. Air bebas akan mempengaruhi berat kayu sedangkan air terikat akan mempengaruhi berat dan dimensi kayu. Kadar air kayu antara kering tanur dan titik jenuh serat (TJS) (21- 32%), air terakumulasi berada pada dinding sel (air terikat). Kadar air di atas TJS, air terakumulasi pada rongga sel (air bebas). Menurut Hill 2006, kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, karena polimer dinding selnya mengandung gugus hidroksil yang reaktif. Pada lingkungan yang mengandung uap air, kayu kering akan menyerap uap air sampaikadar air kesetimbangan dengan lingkungan. Begitu juga kayu yang jenuh air ketika ditempatkan ditempat yang kelembaban relatifnya lebih rendah akan kehilangan uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan.
B.     Perubahan Dimensi Kayu
Dimensi kayu akan berubah sejalan dengan perubahan kadar air dalam dinding sel, karena di dalam dinding sel terdapat gugus OH (hidroksil) dan oksigen lain yang bersifat menarik uap air melalui ikatan hidrogen. Kembang susut kayu yang paling besar berturut-turut adalah pada bidang tangensial, radial dan aksial. Komponen kimia penyusun kayu terdiri dari selulosa (45-50%), hemiselulosa (25-32%), lignin (16-31%), zat ekstraktif (1-8%)dan zat abu/mineral (<1%). Menurut Haygreen & Bowyer (1996), cara untuk mengurangi perubahan dimensi kayu yang disebabkan oleh air:
1. Menghalangi penyerapan uap air dengan pelapisan produk. Berupa pelapisan dengan cat dan resin sintetis. Merupakan cara yang umum tapi tidak efektif, karena tidak satupun yang menghalangi gerakan uap air secara sempurna, tapi akan memperlambat laju difusi.
2. Menghalangi perubahan dimensi dengan penahanan yang membuat gerakan menjadi sukar atau tidak mungkin. Masalah pada cara ini adalah terjadinya tekanan-tekanan internal apabila kayu berusaha mengembang tetapi dihalangi, sehingga adapat mengakibatkan gangguan bentuk atau cacat kayu.
3. Memperlakukan kayu dengan bahan yang menggantikan semua atau sebagian air terikat di dalam dinding sel. Dilakukan pada kayu yang masih segar dan bahan perlakuan tetap tinggal dalam dinding sel ketika kayu tersebut dikeringkan. Bahan yang pertama digunakan adalah resin phenol formaldehid (PF) melalui proses impregnasi. Bahan lainnya adalah polietilen glikol (PEG), berupa seperti lilin yang dilarutkan dengan air.
4. Menghasilkan kayu untuk menghasilkan saling ikatan silang antara gugus hidroksil dalam dinding sel kayu. Ikatan silang dapat mengurangi higroskopisitas kayu dengan mengurangi tempat iakatan untuk air di dalam dinding sel.
5. Pengisian dengan monomer-monomer plastik seperti metil metakrilat dan stiren akrilonitril. Monomer tersebut dapat dipolimerisasikan dengan radiasi atau pemanasan dengan katalisator yang sesuai. Monomer tersebut biasanya tidak seefisien PEG, karena monomer hanya memiliki jalan masuk yang terbatas ke dinding sel. Menurut laporan BRE 2006, referensi yang berhubungan dengan stabilitas dimensi kayu terasetilasi menunjukkan bahwa kayu itu lebih tahan penyusutan dan pengembangan pada persen penambahan berat (WPG/weight percent gain) sebesar 20 %.
Dari berbagai metoda tentang stabilitas kayu, Stamm sudah membuat lima
pendekatan, yaitu:
1. Stabilisasi mekanis melalui laminasi silang seperti pada kayu lapis.
2. Mengaplikasikan lapisan anti air pada kayu baik secara eksternal maupun secara internal. Pelapisan secara eksternal seperti pelapisan dengan pengecatan atau menggunakan bahan dasar lilin. Pelapisan internal seperti menggunakan bahan pengawet pentaklorofenol sebagai bahan penolak air.
3. Menurunkan sifat higroskopis material selulosa dengan perlakuan kimia. Bahan-kimia harus masuk dinding sel dari kayu melalui perlakuan uap air atau penetrasi cairan. Contohnya adalah kayu asetilasi. Metode baru yang sudah adalah metode grafting polimer menggunakan sinar gamma.
4. Menggunakan bahan kimia untuk membentuk ikatan silang dengan selulosa itu sendiri. Formaldehida dalam bentuk uap air telah digunakan secara langsung untuk menyambung gugus ikatan air dari selulosa. Proses belum berhasil, karena pengaruh katalisator asam pada kayu yang mengganggu sehingga reaksi tidak efektif.
5. Perlakuan kimia menggunakan bulking agent pada dinding sel. Bulking agent akan masuk ke dalam ruang-ruang kosong pada sel menggantikan air, sehingga dimensi kayu menjadi lebih stabil. Contoh bulking agent adalah resin phenol yang bobot molekulnya rendah dan polyethylene glycol (PEG). Proses pemsaukan bulking agent ke dalam kayu yang menggunakan tekanan dan panas disebut compregnasi.
6. Pengisian sel, yaitu suatu pendekatan stabilisasi dimensi yang tidak efisien. Di sini cairan diimpregnasi ke dalam kayu sampai masuk ke rongga sel. Bahan pengisi yang biasa digunakan adalah logam yang mempunyai titik lebur sangat rendah dan stirena.
Menurut Rowell, perbaikan sifat kayu seperti peningkatan stabilitas dimensi dan ketahanan terhadap serangan bilogis serta penurunan absorbsi air menjadi motivasi untuk sebagian besar penelitian modifikasi kimia kayu. Semua ikatan kimia menurunkan KA kesetimbangan kayu sekitar setengah dari kayu yang tidak bereaksi pada masing-masing kelembabab relatif kecuali propilena oksida. KA kesetimbangan tidak berkurang sebanyak penambahan bobot dengan propilena oksida seperti asetilasi atau ikatan silang dengan formaldehida. Hal ini disebabkan fakta bahwa gugus baru hidroksil terbentuk selama penambahan gugus propil.
 Menurut Hon 1996, sebagian besar lignoselulosa bersifat higroskopis yang dapat menyebabkan ketidakstabilan dimensi, karena mudah menyerap dan menyeluarkan air. Untuk mengatasi masalah ini, telah banyak metode yang dikembangkan terutama sejak 10 tahu yang lalu. Sebagan besar penelitian mengenai modifikasi kimia kayu dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dimensi dan ketahanan terhadapan serangan biologis.






BAB III
METODE KERJA

1.    STABILITAS DIMENSI KAYU
A.    Alat
*     Oven
*     Timbangan elektrik
*     Desikator
*     Kaliper
*     Amplas
*     Tisu
*     Gelas ukur dan pengaduk
*     Bak untuk merendam sampel

B.     Bahan
*     Satu kayu, dimana tiap jenis terdiri dari 3 sampel berukuran 5 x 2 x 0,6 cm. 1 sampel sebagai kontrol, sementara yang lain untuk sampel yang diberi perlakuan.
*     Air destilata
*     Larutan jenuh gula dan garam

C.    Prosedur Kerja
*     Rapikan sampel dengan menggunakan kertas amplas, beri kode dan beri garis yang menandakan lokasi pengukuran. Garis yang dimaksud harus benar-benar mewakili arah radial dan arah tangensial. Dimensi tangensial diwakili oleh garis yang sejajar dengan lingkaran tumbuh, sedangkan dimensi radial oleh garis yang tegak lurus terhadap lingkaran tumbuh. Untuk sampel yang arahnya belum tepat, temukan garis-garis yang menandakan lingkaran tumbuhnya, lalu buat dua garis yang saling bersilang tegak lurus (lihat gambar).

 


                                          R                                                                              T         
                                        
*        Ukur masing-masing dimensi radial (R1) dan dimensi tangensial (T1).
*      Masukan sampel kedalam masing-masing bak yang berisi air, dan larutan  penstabil. Lalu diamkan selama 1 minggu.
*         Angkat sampel, tiriskan, lalu ukur kembali dimensi radial (R2) dan  tangensialnya (T2).
*        Masukan sampel kedalam oven dengan suhu 103+20 C sampai beratnya konstan, keudian ukur kembali dimensi radial dan dimensi tangensial kering tanur (R3) dan (T3).
*        Hitung penyusutan masing-masing dimensi yang terjadi dan hitung pula nilai T/R rasionya.
 Cara mempersiapkan larutan :
*     Gula dan Garam
          Timbang 10-20 g masing-masing bahan (gula atau garam), lalu masukan kedalam gelas piala yang berisi air sebanyak 1000 ml > aduk merata hingga larut. Tambahkan kembali masing-masing bahan tadi sampai larutan jenuh (ditandai oleh terbentuknya endapan dari bahan). Catat jumlah masing-masing bahan yang digunakan. Konsentrasi larutan dihitung dengan rumus :
Konsentrasi zat terlarut = (masa zat terlart (g) / 1000 ml air) x 10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.    STABILITAS DIMENSI KAYU
Konsentrasi larutan jenuh
1.      Konsentrasi larutan Garam     : 480 gram
2.      Konsentrasi larutan Cuka  : 360 gram

Hasil perhitungan Dimensi (Radial dan Tangensial)
Jenis kayu
Indikator
Sesudah direndam
Kondisi kering tanur
R
T
R
T
Akasia    I
Air
4,845
1,53
4,75
1,5
Akasia I1
   Garam
4,845
1,53
4,5
1,5
Akasia    II1
     Cuka
4,819
1,53
4,5
           1,5
Perhitungan:

Besar sudut masing-masing Dimensi dari setelah direndam kekondisi kering tanur dan nilai T/R rasionya
Jenis kayu
Indikator
Berat susut masing-masing Dimensi dan T/R rasio
T
R
T/R rasio
Akasia     I
Air
0,03
0,095
68,42
Akasia     I1
Garam
0,03
0,347
91,35
Akasia     II1
Cuka
0,03
0,319
90,59
Perhitungan :
1.      Akasia I           =   = 68,42%
2.      Akasia  I1        =   = 91,35%
3.      Akasia II1       =     = 90.59%
Konsentrasi Zat Terlarut = 
Konsentrasi larutan Garam        =  
                                     = 48 %

Konsentrasi larutan Cuka  =  
                                    = 36 %
Konsentrasi Air                                =




Pengukuran Kerapatan Kayu
1.    Stabilitas Dimensi Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu Akasia (Acacia mangium)
Dimensi awal
Jenis Kayu
Sebelum direndam
R 1
T 1
Akasia I
4,75
1,5
Sungkai  I
4,75
1,5
Akasia II
4,75
1,5






Jenis Kayu
Setelah direndam
R 2
T 2
Akasia I
4,845
1,53
Akasia  11
4,845
1,53
Akasia II1
4,845
1,53







Jenis Kayu
Kondisi kering tanur
R 3
T 3
Akasia I
4,75
1,5
Akasia 11
4,5
1,5
Akasia II1
4,5
1,5

               Untuk penetapan kerapatan dan berat jenis kayu dengan menggunakan metode yang telah dilakukan memerlukan ketelitian, sampel yang berbeda dapat menghasilkan nilai yang sama seperti hasil dalam praktikum yang telah dilakukan ini. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk atau porositas kayu media yang digunakan yaitu parafin yang nempel pada kayu, pori-pori pada kayu.
               Berdasakan dari data-data yg diperoleh saat pengamatan dilab,kita dapat membandingkan  tingkat kestabilan dimensi dari masing-masing contoh sampel,mulai sampel 1,2dan 3 ketiganya memilikiperbedaan dimensi,walaupun data awalnya adalah sama,hal ini dipengaruhi karena adanya perlakuan yang berbeda dari ketiga jenis sampel,dimana sampel 1 dijadikan sebagai kontrol yang direndam dengan air biasa,sampel 2direndam dengan air garam dan sampel 3 direndam dengan larutan cuka,dimana waktu perendamnya dilakukan selama 7 hari(seminggu).pada data awal kayu sebelum perendaman untuk kayu 1,2&3 ukuran dimensinya adalalahT=1,5&,R=4,75.dan ukuran dimensi kayu setelah dilakukan perendaman selama 7 hari adalah untuk kayu 1,2&3 ukuran dimensinya adalah T=1,5 Dan R =4,845.dari sini terlihat jelas bahwa kayu tersebut mengalami pengembangan,hal ini terlihat dariadanya penambahan dimensi dari bidang sampel,walaupun tiak segnifikan
Adapun hasil dari dimensi kayu setelah dilakukan pengeringan sampai kayu tersebut konstan adalah untuk kayu 1T=1,5&R=4,75,untuk kayu 2 T=1,5&R=4,5,dan untuk kayu 3T=1,5 &R=4,.Dari hasil pengovenan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk larutan garam dan cuka mengalami penyusutan dimensi,sedangkan untuk kontrol yaitu kayu 1juga terjadi penyusutan,salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan dan penyusutan adalah porositas,kadar konsentrasi larutan serta adanya parafin yang menempel pada saat perendaman,serta mengalami pencairan pada suhu tertentudalam jangka waktutertentu.


                                                           BAB V
                                                    PENUTUP
A.                                Kesimpulan
            Beradasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu akasia mempunyai stabilitas dimensi yg tinggi,hal inidapat dilihat pada sampel tersebut tidak mengalami perubahan yg seginifikan.hal ini dapat terlihat jelas walaupun sudah diberi perlakuan yg berbeda,namun hasilnya adalah hampir mendekati data awalnya,baik pada saat perendaman maupun saat pengovenan.kadar airakasia cukup stabil. Baik pada bidang radil maupun bidang tangensial.

            Saran
Penulis berharap didalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya tidak lepas dari pengawasan dosen pembimbing praktikum. Karena sulit sekali untuk melakukan praktikum tanpa dosen pembimbing. Disarankan untuk praktikum yang akan datang, dosen pembimbing praktikum juga ikut hadir pada saat praktikum dan diharapkan bisa memotivasi mahasiswa dalam melaksanakan praktikum dan dapat memberikan pengarahan yang jelas.  Hanya ini saran dari penulis, sebelumnya penulis minta maaf jika ada kata-kata yang salah dan yang kurang berkenan. Dalam pembuatan laporan ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kedepannya.






DAFTAR PUSTAKA
[BRE] Buiding Research Establishment. 2006. Properties of timber acetylated to 20% WPG and its suitability for joinery. Research report. [4 November 2007].
Haygreen, JG & JL Bowyer. 1996. Hasil hutan dan ilmu kayu. Suatu pengantar. Terjemahan SA Hadikusumo. Ed: S Prawirohatmodjo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hill, CAS. 2006. Wood modification. Chemical, thermal and other processes. John Wiley & Sons. England.
Hon, DN-S. 1996. Chemical modification of lignosellulosic materials. Marcel Dekker. New York.
Rowell, RM. Physical and Mechanical Properties of Chemically Modified Wood. USDA Forest Service and University of Wisconsin. Madison, Wisconsin. [4 November 2007].
Rowell, RM & WD Ellis. 1984. Reaction of epoxides with wood. Res. Pap. FPL 451.: U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Forest Products Laboratory. 41 p. Madison, Wisconsin. [4 November 2007].
http://noviantoblog.blogspot.com/2009/06/pengertian-kayu.html
http://msstupido.blogspot.com/2011/01/sifat-sifat-kayu-kadar-air-penyusutan.html
http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/04/25/bobot-jenis-dan-rapat-jenis






Tidak ada komentar:

Posting Komentar