PT. SARI BUMI KUSUMA KALBAR CAMP TONTANG.
Selasa, 31 Maret 2015
TUGAS FISIKA KAYU
TUGAS
TERSTRUKTUR
FISIKA
KAYU
Disusun oleh :
Tri Wibowo G01110108
Desi Ratna Sari G01110057
Hansen G01110086
Adi Kasman G01110054
Christoporus G G01110049
Sri mulyati H. P. G01110059
Alfius joni G01110007
Johan G01110098
Karina G01110106
Habibi G01110088
Wiri P. G01110102
Sarman G01111000
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
Kata Pengantar
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan segala rahmat,
petunjuk dan karuniaNya, akhirnya makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bagi mahasiswa (i) terkhusus bagi penulis. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima
kasih kepada orang tua, teman-teman dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan
masukan serta suport padapenulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu.
Makalah
ini dibuat sedemikian rupa agar mahasiswa (i) lebih mudah mempelajari dan
memahami isi pembahasan yang ada didalamnya. Makalah ini memberikan pemahaman
tentang Sifat-sifat Fisika Kayu Lainnya. Semoga setelah membaca dan memahami
isi makalah ini diharapkan mahasiswa(i) dapat mengaplikasikan didalam kehidupan
sehari-hari
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat, jika ada kesalahan dalam penulisan kata atau
materi mohon kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Pontianak,
10 Desember 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar ..................................................................................
i
Daftar
Isi ..........................................................................................
ii
BAB
I
Pendahuluan
.....................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ....................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................ 1
1.3.
Tujuan ................................................................................
1
BAB
II
Pembahasan
......................................................................................
2
2.1. Kualitas Kerja Kayu ...........................................................
2
2.2.
Sifat Permeabilitas Kayu ................................................... 5
2.3. Sifat Sifat Kayu Sebagai Sirekat
........................................ 6
BAB
III
Penutup
..............................................................................................
10
3.1.
Kesimpulan .......................................................................
10
3.2.
Saran .................................................................................
10
Daftar
Pustaka ...................................................................................
11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kayu
merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan produk sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki sifat yang tidak dapat ditiru oleh
bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu, dimana sifat ini penting dalam
industri pengelolaan kayu. Pengetahuan sifat tersebut tidak saja digunakan
untuk memilih jenis kayu yang tepat sesuai dengan penggunaan, akan tetapi dapat juga dipilih kemungkinan
penggantian jenis kayu yang lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit
didapat secara berkelanjutan atau karena terlalu mahal. Sifat kayu yang
berpengaruh pada kualitasnya adalah sifat anatomi, sifat fisika, sifat mekanika
dan sifat kimia
.
1.2. Rumusan
masalah
1.2.1. Apa
yang dimaksud dengan sifat fisik kayu
1.2.2. Mengapa
sifat fisik pada kayu sangat berpengaruh pada penggunaannya
1.3. Tujuan
1.3.1. Pembaca
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sifat fik kayu
1.3.2. Pembaca
dapat memahami mengapa sifat fisik pada kayu berpengaruh pada penggunaannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
KUALITAS KERJA KAYU
Dalam
memilih sutu jenis kayu untuk suatu tujuan tertentu, sifat mudah atau sukarnya
kayu untuk di kerjakan, working qualities dapat merupakan faktor yang penting,
terutama apabila mengunakan peralatan tangan
Walau
pun belum ada suatu cara pengujian yang
dapat dipergunakan untuk menentuan
kualitas kerja kayu, berdasarkan pengalaman serta data yang dapat dikumpulkan, maka
penggolongan kualitas kerja dapat dilakukan
menurut cara mengeregerjakan kayu dengan mesin yang berbeda-beda, umum
perbandingan kualitas kerja didasarkan pada kualitas muka kayu yang di peroleh, yang merupakan
kriteria utama apabila kayu dikerjakan dengan mesin, jika kualitas permukaan kayu
yangdiolah bagus dan rapi, maka kualitas kerja nya tinggi dan sebaliknya jika
permukaan kayu yangdiolah tidak rapi, berserabut, maka kualitas kerjanya jelek.
Kualitas
secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu ukuran ciri-ciri kayu yang
mempengaruhi sifat produk-produk yang dibuat daripadannya. Defenisi kualitas
yang lebih tepat mungkin sukar untuk dipahami, karena sifat-sifat penting kayu
yang digunakan untuk satu produk sering berbeda dengan sifat-sifat produk
lainnya. Dalam satu hal kualitas mungkin diukur dalam hal kerapatan,keseragaman
lingkaran tumbuh, persen kayu bebas mata kayu.sedangkan dalam hal lain
sifat-sifat seperti proporsi kayu akhir, hasil selulosa, dan perbandingan
antara serat dan pembuluh mungkin merupakan petunjuk kualitas yang utama. Larson(1969)
memberikan pandangan dalam hal kualitas kayu ketika ia menulis, “Selama
pembentukan kayu, banyak faktor-faktor didalam dan diluarpohon yang mengakibatkan variasi dalam tipe, jumlah, ukuran, bentuk, struktur
fisik, dan susunan kimia elemen-elemen kayu. Kualitas kayu adalah penggolongan
yang bebas dalam variasi-variasi dalam elemen-elemen kayu ketika dihitung, diukur,
ditimbang, dianalisis, atau dinilai untuk sejumlah tujuan khusus, karena kualitas
kayu adalah suatu konsep”.
Meskipun
konsep kualitas sukar untuk diterangkan secara tepat, beberapa faktor
mempengaruhi kecocokan kayu untuk berbagai tujuan, faktor-faktor yang
mempengaruhi kecocokan kayu untuk berbagai tujuan, Faktor-faktor ini meliputi
kerapatan, keseragaman lingkaran tumbuh, kelurusan serat, proporsi kayu teras
persen kayu batang bebas cabang,kelurusan serat, persen pembuluh (dalam kayu
teras), dan terdapatnnya kayu juvenil dan kayu reaksi.
2.1.1.
kerapatan
Kerapatan kayu adalah faktor penentu
yang utama untuk kekuatan dan hubungan kekeuatan/kerapatan adalah langsung. Measkipun
spesies dengan kerapatan tinggi lebih disukai apabila diperlukan kekuatan
tinggi, haruslah disadari bahwa kerapatan
sangat bervariasi dalam satu spesies.
Spesies yang menghasilkan kayu dengan kerapatanrelatif
rendah atau sedang sering lebih disukai sebagai bahan baku pembuatan pulp dan
kertas daripada spesies yang menghasilkan kayu dengan kerapatan tinggi. Namun
mangkin tinggi kerapatan (atas dasar
berat kering tanur) makin tinggi hasil pulp dari volume yang telah ditentukan.
2.1.2.
Keseragaman
Keseragaman laju pertumbuhan mempunyai pengaruh terhadap struktural kayu dan variasi kerapatan
didalam di antara lingkaran-lingkaran tumbuh. Larson,(1967-1969) menunjukan
bahwa tidak adanya keseragamaaan
merupakan salah satu masalah kualitas kayu yang terbesar terhadap semua industri
pemakai kayu. Dalam pembuatan pulp dan kertas, misalnya, kayu yang rapat secara
tidak seragam dapat mengakibatkan
kerugiaan dari terlalu masaknya komponen dan atau kurang masaknya komponen yang
lain. Pengunaan bahan yang seragam, dipihak lain, menambah kemungkinan untuk
memproduksi kertas yang berkualitas tinggi secara seragam. Keseragaman struktur
kayu didalam dan diantara lingkaran-lingkaran tumbuh banyak ditentukan oleh
laju pertumbuhan dan kondisi pertumbuhannya.
2.1.3.
Proporsi kayu Teras
Pada produk-produk kayu utuh tertentu, pororsi kayu teras adalah penting. pada
produk-produk yang dirancang untuk pengunaan ditempat-tempat dimana serangga
dan pembusukan merupakan masalah yang potensial, ketahanan terhadap
serangan organisme perusak kayu
mempengaruhi secara nyata nilai kayu.
2.1.4.
Panjang Serat
Panjang serat mempunyai pengaruh terhadap
sejumlah sifat pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek dan kekuatan tarik, lipat,
dan jebol.
2.1.5.
Mata Kayu
Dari segi produksi kayu bulat gergajian
dan kayu bulat finir, ukuran dan banyaknya mata kayu merupakan aspek tunggal
yang penting mengenai kualitas kayu. Mata kayu sangat mempengaruhi kenampakan
dan kekuatan, dan karena inilah terdapatnya mata kayu merupakan faktor utama
dalam penentuan kelas kualitas kayu bulat dan kayu gergajian. Harris dkk,(1976)
mencatat kepentingan kombinasi kerapatan dan mata kayu pada kayu gergajian menyarankan bahwa perkembangan mata kayu-mata
kayu yang besar dapat diimbangi oleh naiknya kerapatan, berkerja dengan pinus radiata, mereka menghitung bahwa
keteguhan lengkung dapat dipertahankan meskipun garis tengah mata kayu naik 60%
jika kenaikan yang relatif sedang 10%
dalam kerapatan juga dicapai. Perkerjaan ini jelas menunjukan pentingnya
kerapatan pada kekuatan tetapi melukiskan pengaruh yang besar dari mata kayu.
2.1.6.
Arah Serat
Arah serat yang tidak sejajar sumbu
panjang batang sering mengakibatkan
kemiringan sert dalam produk-produk yang dibuat, dapat menurunkan kekuatan kayu
secara drastis. Arah serat semacam ini juga berpengaruh secara merugikan
terhadap sifat-sifat pengerjaannya dengan mesin dan terhadap khuluk perubahan
dimensi yang disebabkan oleh kelembaban.
2.2.
SIFAT PERMEABILITAS KAYU
Sifat
permeabilitas di maksudkan untuk menyatakan laju atau kecepatan pergerakan gas
atau cairan pada kayu an penting untuk masalah yang berhubungan dengan
pengawetan kayu dan pulping, dimana cairan harus dimasukan kedalam kayu, atau
pada pengeringan dimana pengeluaran air dan dan kapiler dari dalam kayu merupakan masalah utama. Permeabilitas
kayu berhubungan dengan ukuran lintasan yang akan dilewati cairan atau gas yang
bersangkutan .
Permeabilitas
arah longitudinal atau memanjang pada kayu konifer adalah 0,001-450 cc/sec.cm2.atm/cm
dan pada daun lebar 0.001-4500 cc/secc.cm2.atm/cm. Sedangkan permeabilitas pada
arah lateral sangat kecil dibandingkan memanjang, pada arah radial
permeabilitas sedikit lebih besar dari arah tangensial, pada kayu daun lebar
Permeabilitas
dari struktur kayu poros itu sangat mempengaruhi penetrasi bahan cair. oleh
karena itu kayu merupakan suatu bahan berserat atau fibrous yang
strukturnya serupa dengan kumpulan sedotan (jerami), yang sejajar, porositasnya
beragam sesuai dengan orientasai serat. Pada arah sejajarserat ( sumbu panjang
serabutnya ), cairan merembes sangat dalam sehingga mencapai ujung serat. Karena adanya penestrasi sejajar serat yang
lebih muda, ini mengakibatkan sulit mencegah penestrasi cairan yang berlebihan
bila kita sedang melakukan perekatan pada ujung serat. Kemudian pada arah
melintang serat, penetrasi cukup tertahan karna diding melintang pada sel
serabut dan terjadi pada setiap sekitar 1/20 mm.
Pada
kayu daun lebar permebilitas dari pembulu dan serabutnya sangat berbea. Pembulu
yang tidak memiliki dinding ujung, dapat menyebabkan cairan merembes jauh sekali ( tanpa batas ).
Namun sel lainya yaitu serabut memiliki nokta yang sangat kecil yang saling
berhububgan dengan suatu sekat diaphram nokta yang sulit. Jadi, baik udara
maupun cairan tidak dapat dengan mudah berpenestrasi atau merembes melintasi
sebagian besar serabut kayu keras ( daun lebar ), meskipun sejumlah kayu keras
memiliki jari-jari yang besar membantu penestrasi lateral pada arah radial.
2.3.
SIFAT-SIFAT KAYU SEBAGAI SIREKAT
Selain pengaru pada faktor permukaan
bahan yang akan di lekat, faktor-faktor lain yang berpengaru terhadap kualitas
perekatan terhadap produk kayu antara lain adalah sifet-sofetkayu itu sendiri, terutama
berat jenis, porositas, kadar air, perubahan demensi, dan rambatan panas.
2.3.1.
Berat jenis kayu
Berat jenis kayu adalah satu sifat
fisika kayu yang pling penting, kebanyakan sifat mekanik kayu sangat
berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Di dalam bahasan-bahasan umum
istilah berat jenis dan kerapatan sering digunakan secara campur aduk. Namun,
seperti akan dibahas kemudia, istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan
berbeda meskipun keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan
kayu naik dengan berat jenis. Hasil pulp per satuan volume secara langsung
berhubungan dengan berat jenis. Ciri penyebaran
panas kayu naik dengan berat jenis seperti halnya panas per satuan
volume yang dihasilkan dalam pembakakaran. Kelakuan penyusutan dan pengembangan
kayu juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak secara langsung seperti
halnya sifat-sifat kekuatan.
Kayu adalah bahan terdiri atas sel-sel. Strukturnya
terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan siri-cirinya
yang unik.Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu
porporsi volume rongga kosong.Sekeping
kayu segar pine dengan kerapatan
23,4 pon bahan kayu kering/kaki kubik kira-kira 25% bahan dinding sel dari 75%
rongga (terutama rongga sel)menurut volumenya. Sebaliknya white oak dengan
kerapatan 46,8 pon kering/kaki kubik mempunyai volume rongga kira-kira 50%. Apabila membicarakan
kerapatan kayu, sangat membentuk untuk
membayangkan volume rongga yanga ada hubungannya dengan dengan itu. Orang
dapat memahami mengapa suatu balok yang
berisi 50% volume rongga akan bertahan
terhadap pemampatan jauh lebih besar daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga.
Sifat-sifat fisikomekanik kayu
ditentukan oleh tiga ciri: (1) porositasnya atau ptoporsi volume rongga, yang
dapat diperkira dengan mengukur kerapatannya; (2) organisasi struktur sel, yang
meliputi struktur mikro dinding sel dan variasi dan proporsi tife-tife
sel-organisasi struktur sel terutama
merupakan fungsi spesies; dan (3) kandungan air.
Dua ciri fisik, kerapatan dan berat
jenis digunakan untuk menerangkan massa suatu bahan per satuan volume. Kerapatan
didefenisikan sebagai massa atau berat per satuan volume. Ini biasanya
dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau kilogram per meter kubik (dalam satuan
internasional satuan pon adalah satuan massa ,bukan gaya). Berat jenis adalah
perbandingan berat jenis bahan dengan berat jenis air.
2.3.2.
Porositas
Hubungan langsung antara proporsi volume
rongga dalam kayu (porositas) dan kerapatan terjadi karena kerapatan zat kayu
kering kira-kira sama untuk setiap spesies. Yaitu, apabila potongan-potongan
zat dinding sel bebas rongga diambil dari spesies dengan kerapatan basswood,
diuji berat jenisnya, dan dibandingkan dengan hasil-hasil pengujian serupa dari
suatu kayu yang rapat seperti hickory, kedua nilai berat jenis hampir sama.
Porositas kayu di tentukan oleh arah
serat kayu,dimana kayu dengan potongan melintang memiliki porositas yang lebih
besar dari pada potongan radial atau tangensial. pada kayu dengan porositas
yang tinggi, inobilitas perekat akan tinggi pula karena perekat dapat masuk
kedalam kayu melalui serat dan pembuluh-pembuluh sepanjang serat kayu. Dengan
demikian kayu dengan porositas tinggi memerlukan jumlah minimum perekat yang
ditaburkan lebih besar dengan kayu-kayu porositas rendah, disamping itu
porositas kayu ikut berperan dalam menentukan formulasi perekat yang digunakan (dalam
hal ini bahan pengisi perrekat).
Porositas kayu keras dan kayu lunak memepunyai variasi yang sangat
besar, yang berpengaruh nyata terhadap aliran perekat didalam kayu.
2.3.3.
Kadar Air dan Perubahan Dimensi
Kadar air merupakan perbandingan antara
berat substansi air yang ada didalam kayu dan berat substansiair itu sendiri.
Perubahan dimensi yang menyerupai perubahan kadar air didalam kayu mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kualitas perekatan. Pada kayu yang mengalami
pengembangan dan penyusutan, peningkatan tekanan dapat menyebabkan patahnya ikatan perekatan.
Kemungkinan patah itu sangat besar pada batas potongan kayu, jika kayu direkat
dengan bidang yang berlainan misalnya arah radial dan tangensial. Beberapa
spesies kayu memeliki tingkat elastisitas yang tinggi sehingga dapat meneruskan
takana pada pemukaan bidang yang berlainan tanpa menimbulkan kerusakan. Namun,
jika tekanan yang diterima kedua kayu dengan koefisien susut yang berbeda cukup
besar, maka kerusakan tidak dapat dihindari.
2.3.4.
Rambatan Atau Ekspansi Panas
Kayu merupakan suatu insulator yang baik
dan suhunya berubah secara perlahan, oleh karnanya, pengaruh perambatan panas
pada ikitan perekatan kurang diperhatikan. Pada searah sejajar serat, secara
termal, kayu stabil namun melintang secara ekspansi termalnya sama atau lebih
besar dari logam dan sejumlah plastik. Perbedaan ekspansi sehubungan dengan
perbedaan arah serat dapat menimbulkan stres tambahan pada garis perekatan pada
kayu.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dalam
memilih suatu jenis kayu untuk suatu tujuan tertentu sifat sukar atau mudahnya
kayu dikerjakan merupakan faktor yang penting, terutama apabila mengunakan
peralatan tangan. Kualitas kayu di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kerapatan, keseragaman lingkaran tumbuh, kelurusan seratdan persen pembuluh (dalam
kayu teras).
Sedangkan
sifat permeabilitas kayu berhubungan dengan kecepatan atau pergerakan gas atau
cairan pada kayu dan penting untuk masalah yang berhubungan dengan peengawetan.pada
kayu daun lebar, permeabilitas dari pembuluh dan serabutnya sangat berbeda, pembuluh
yang tidak memiliki dindin ujung dapat menyebabkan cairan merembes jauh sekali,
permeabilitas arah longitudinal pada kayu daun jarum berbeda dengan kayu daun
lebar,dimana pada kayu daun lebar permeabilitasnya agak besar. Sedangkan
permeabilitas pada arah lateral sangat kecil bila dibandingkan arah memanjang, dan
pada arah radial permeabilitas sedikit lebih besar dari pada arah tangensial.
Selain pengaruh faktor permukaan bahan yang
akan direkat, faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas
perekatan terhadap produk kayu antara
lain adalah sifat-sifat fisik kayu itu sendiri, terutama berat jenis, porositas,
kadar air, perubahan dimensi, dan rambatan panas.
3.2.
Saran
Dengan
adanya pembahasan sifat fisika kayu lainnya,di harapkan dapat membantu pembaca
dalam memahami konsep ini. walaupun materi yang disajikan masih terbatas dan
kurang lengkap, diharapkan kepada pembaca untuk mencari buku-buku refrensi yang
lain yang berhubungan dengan sifat fisika kayu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haygreen
dan Bowyer, 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Fakultas
Ke-hutanan Universitas Gadjah Mada,Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
2. Usman,
F., 2006. Mengenal Sifat Fisika Kayu. Buku Ajar Fakultas Kehutanan
UNTAN. Pontianak
PEMBUATAN PULP SECARA KIMIA
A.
Pembuatan
Pulp secara kimia
Bahan baku yang digunakan untuk membuat
kertas ialah bahan-bahan yang mengandung banyak selulosa, seperti
bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain. Pembuatan kertas dari bahan baku
dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Pembuatan
pulp
2. Pembuatan
kertas dari pulp
Selain dapat digunakan untuk membuat kertas, dapat
juga digunakan untuk membuat rayon (rayon adalah selulosa dalam bentuk
serat-serat). Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
1. Proses
mekanis
pada proses ini
bahan-bahan baku kimia tidak digunakan dan bahan baku digiling dengan mesin
sehingga selulosa terpisah dengan bahan-bahan lain.
2. Proses
semi-kimia
Prosesnya
seperti pada proses mekanis, tetapi dibantu dengan bahan kimia untuk lebih
melunakkan, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.
3. Proses
kimia
bahan baku
dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak
perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa
yang murni dan tidak rusak.
Akan tetapi yang akan dibahas adalah
proses pembuatan pulp secara kimia. Proses dimana lignin dihilangkan sama
sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana
pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Proses
pembuatan pulp secara kimiawi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam segi
kualitas, segi ekologi dan segi ekonomi.
·
Kelebihan
a) Segi
kualitas
1. Kekuatan
pulp kuat dan stabil
2. Pulp
lebih mudah memutihkan
3. Serat
yang rusak relatif sedikit
b) Segi
ekologi
Efisien dalam
penggunaan kembali bahan kimia dan energi.
c) Segi
ekonomi
Waktu pemasakan
yang pendek jadi lebih efisien.
·
Kekurangan
a) Segi
kualitas
Berbau busuk dan
yield nya 50%
b) Segi
ekologi
Biaya produksi
lebih besar karena penggunaan bahan-bahan kimia dalam jumlah besar.
c) Segi
ekonomi
Berpotensi
mencemari lingkungan dan memberikan rendemen yang lebih rendah (40-52%)
B.
Karakteristik
pembuatan pulp secara kimiawi
Fiber untuk kertas biasanya keras dan
elastis, biasanya fiber akan berubah menjadi lunak jika dimasukkan kedalam
mesin kertas tanpa melalui proses beating. Serat selulosa sebagai bahan baku
pembuatan pulp kertas dapat dihasilkan dari kayu maupun non kayu.
C.
Metode
pembuatan pulp
Ada
dua metode pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu:
·
Metode
basa
Proses
yang termasuk disini antara lain yaitu :
1. Proses
soda
2. Proses
sulfat
Bahan baku pada proses basa ini adalah
bahan yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam
sebuah bejana yang disebut "digester".
Dalam larutan tersebut dimasukkan
larutan pemasak:
o NaOH
7%, untuk proses soda
o NaOH,
Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat
Pemasakan
ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain.
·
Reaksi sebenarnya rumit
sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis:
Larutan pemasak
Kayu ———————————> pulp
(selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa asam + merkaptan +
zat-zat pengotor lainnya.
Kemudian campuran yang selesai dimasak
tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah
pulp dan disaring. Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat
karton dan pulp halus yang warnanya masih coklat harus dikelantang
(diputihkan/dipucatkan). Pemucatan dilakukan dengan menggunakan Kaporit atau
Natrium hipoklorit. Perlu diperhatikan bahwa, bahan-bahan kimia yang sudah
terpakai tidak dibuang, tetapi diolah kembali untuk dipakai lagi. Hal ini
berarti menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan
Reaksi kimia yang penting dalam
pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah:
Na2SO4 + 2
C ———————————> Na2S + 2 CO2
Na2CO3 +
Ca(OH)2 ———————————> 2 NaOH + CaCO3
·
Metode
asam
Yang
termasuk dalam proses asam yaitu proses sulfit
Proses asam secara garis besar, proses
sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan proses basa. tetapi
larutan yang digunakan adalah:
SO2,
Ca(HSO3)2 dan Mg(HS03)2
D.
Proses
pembuatan bubur kertas (pulp)
Kertas yang sering kita gunakan biasanya
terbuat dari kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga dapat langsung
kita gunakan. Untuk lebih mengenal kertas maka kita perlu mengetahui proses
pembuatannya.
Kertas yang sering kita gunakan itu
terbuat umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu dicampur
dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas. Kayu yang
digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu jenis ini berserat pendek
sehingga kertas menjadi rapuh. Di mesin pembuat kertas (paper machine), serat
kayu ini dicampur dengan kayu yang berserat panjang contohnya pohon pinus.
Tahap pembuatan bubur kertas (pulp)
adalah sebagai berikut :
a.
Proses
sulfat (Kraft)
1. Pemilihan
Jenis Kayu
Jenis
kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah: - Kayu lunak
(softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus.
Kayu keras (hard
wood) adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun.Kayu
lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi
kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan
permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih mudah diputihkan hingga
warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit lignin. Kertas umumnya
tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan
permukaan cetak yang diinginkan pembeli. Karakteristik dari kedua jenis
kayu disajikan berikut ini.
Karakter
kayu lunak dan Kayu keras
Kandungan
selulosa yaitu 42%+/-2%45%+/-2%
Kandungan Lignin
yaitu 28%+/-3%20%+/-4%
Kandungan
ekstraktif yaitu 3%+/-2%5%+/-3%
Panjang serat
yaitu 2-6 mm dan 0.6-1.5mm
Kekasaran
yaitu 15-35 mg/100mm dan 5-10 mg/100mm.
Kayu
sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara
lain :- Selulosa, tersusun atas molekul glukosa, rantai lurus dan panjang yang
merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena panjang
dan kuat.
ü Hemiselulosa
tersusun atas glukosa, rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih mudah
larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.
ü Lignin,
adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat
selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan
menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan
ü Ekstraktif,
meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat
beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen
industri kertas.
2. Persiapan
Kayu
Proses
pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku, dengan cara mengambil dari
hutan tanam industri kemudian disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan
persediaan bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian
log di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum barker.
Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi
untuk membuang batu yang menempel pada log), setelah itu log dicuci. Log yang
sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut
dengan chip. Chip kemudian dikirim ke penyaringan utama untuk memisahkan chip
yang bisa dipakai dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan ditempat penampungan.
3. Pembuburan
Kayu (Pulping)
Dari
tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester).
Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian
baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. Chip di masak dengan cairan
pemasak yang disebut dengan cooking liquor.
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia (NaOH, Na2S, Na2CO3). Pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah.Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester, pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester berkesinambungan, pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya 45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia (NaOH, Na2S, Na2CO3). Pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah.Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester, pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester berkesinambungan, pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya 45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.
4. Pencucian
(Washing)
Tahap
selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan
untuk memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap
lingkungan. Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari
bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses penyaringan
ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir
dari penyaringan berada pada sand removal cyclones yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dari pulp.Pencucian pulp secara efisien sangat penting
dilakukan untuk memastikan kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping
dan mengurangi jumlah limbah organik yang terbawa oleh pulp dalam proses
pemutihan. Pulp yang kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih
besar.
Pencucian
pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan materi yang
tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor, debu, lignin,
dan pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai. Efisiensi
pencucian diukur berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air
yang digunakan untuk mencapai tingkat kebersihan tersebut.
5. Refining
Pulp
melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan selulosa
menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses pembuatan kertas. Serat
dipotong dengan panjang yang seragam dan diperlakukan untuk memperbaiki ikatan
dan kekuatan produk akhir kertas.
6. Oksigen
Delignification
Kemudian
bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di dalam
delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Tujuan dari pencampuran
ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap
pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta memutihkan pulp.
Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan dalam tanki penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter.
Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan dalam tanki penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter.
7. Bleaching
Bubur
kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan kimia di dalam proses
bleacing untuk mencapai derajat keputihan sesuai standar ISO. Tahapan dalam bleaching
disimbolkan dengan DED dimana D melambangkan chlorine dioxide (ClO2) dan E
melambangkan ekstraksi alkali. Dalam tahap ini, brownstock dicampur dengan
ClO2 dalam reaktor D1 yang akan bereaksi dengan lignin.
Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang beikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki proses pencucian sebelumnya. Menara D2 adalah tahap akhir dari proses bleaching dimana ClO2 memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Jika proses bleaching didahului dengan oksigen delignification, maka prosesnya disingkat menjadi ODED.
Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini :2 NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2 Klorin dioksida diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya diuarikan berikut ini.NaClO3 + SO2 ===> 2ClO2 + Na2SO4
Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang beikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki proses pencucian sebelumnya. Menara D2 adalah tahap akhir dari proses bleaching dimana ClO2 memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Jika proses bleaching didahului dengan oksigen delignification, maka prosesnya disingkat menjadi ODED.
Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini :2 NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2 Klorin dioksida diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya diuarikan berikut ini.NaClO3 + SO2 ===> 2ClO2 + Na2SO4
b.
Proses
Soda
Pembuatan pulp dari proses ini lebih
sederhana dari pada proses sulfat, dimana keduanya memakai NaOH. Kayu yang
digunakan biasanya bisa dari bermacam-macam jenis kayu. Bisa juga dipakai bahan
baku seperti jerami, lalang, serat nenas, tebu dan lain-lain. Digester yang
dipakai dibuat dari steel, sama seperti pada proses sulfat, waktu memasak 2
atau 3 jam dengan memakai uap (tekanan 118 lb/in2) dan temperatur
344 o F. Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dari digester melalui
lubang dibawah digester. Flow diagram dan proses selanjutnya sama seperti pada
proses sulfat. Black liqour yang dihasilkan dalam proses ini mengandung solid
18 % dan total alkali 4,5 %.
c.
Proses
Sulfit
Mula-mula sulfur dicairkan dalam tanki
pencair atau pelebur, kemudian dipanaskan dalam pemanas yang berputar sambil
dialiri udara untuk mengoksidasi. Dalam pemanasan ini sulfur diuapkan dan
selanjutnya dimasukkan dalam ruang pembakaran dengan dialiri udara. Pengaliran
udara ini sambil dikontrol supaya jangan sampai terbentuk
SO2. SO2 yang terjadi didinginkan dengan cepat dalam suatu pipa yang
melingkar-lingkar yang dikelilingi air.
Proses selanjutnya adalah absorpsi gas
oleh air dengan menambahkan senyawa Calsium dan Magnesium Carbonat.
Menara absorpsi ini dibuat minimal 2
buah, sedangkan penguliran air dari atas kebawah dengan spray, berlawanan
dengan aliran SO2 yang masukan menara absorpsi. Liquor yang keluar dari
menara berisi sejumlah SO2 yang bebas dan lalu dimasukkan dalam reclain
tank. Akhirnya liquor dimasukkan dalam digester sebagai larutan Calsium dan
Magnesium bi sulfit, kalau di analisa kira-kira 4,5 % total SO2 dan 3,5 %
SO2 bebas. Digester ini diisi penuh dengan potongan-potongan kayu halus
dan asam pemasak dengan kapasitas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu dan
3000 sampai 51000 galon asam-asam tadi. Digester dipanaskan secara langsung
dengan steam (uap), dimana tekanan dari uap ini 70 sampai 160
lb/in2 tergantung dari jenis kayu yang di pakai. Waktu yang
diperlukan 10 sampai 11 jam dengan temperatur 105o C sampai
155 o C. Sesudah pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak,
lalu pulp dikeluarkan dan masuk dalam Blowpit dengan diberi air jernih. Dari
Blowpit ini pulp, dimasukkan ayakan dan seterusnya disaring dengan rotary drum
filter untuk di padatkan dengan jalan membuang airnya dengan mesin ayakan 80.
Dari Rotary drum Filter ini selanjutnya pulp dimasukkan dalam tanki pemutih dan
diputihkan dengan Chlorine dengan penambahan cairan kapur sebagai penetralnya.
Selesai pemutihan dimasukkan dalam mesin-chest dan akhirnya dikeringkan dan
dibuat rol-rol pulp
E.
Pembuatan
paper
Proses pembuatan kertas merupakan suatu
proses pengolahan bubur serat ditambah dengan zat-zat penolong (filler) untuk
menambah kekuatan kertas, menjadi lembaran-lembaran kertas yang diproses pada
suatu alat yang disebut mesin kertas (paper machine).Secara garis besarnya
proses pembuatan kertas terdiri dari tiga tahapan:
1. Stock
preparation (proses persiapan bahan baku).
Bagian
ini berfungsi untuk meramu bahan baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas
(dye), menambahkan zat retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori-pori
diantara serat kayu), air, dllsebelum masuk ke mesin kertas (paper
machine). Bahan yang keluar dari bagian ini disebut stock (campuran pulp,
bahan kimia dan air).
2. Forming
(proses pembentukan).
Proses
ini sudah berada pada paper machine, dimana bahan baku dari stock preparation
dibentuk menjadi lembaran kertas dengan cara menyebarkan bubur kertas secara
merata pada paper machine.
3. Proses
pembuangan air.
Kertas
yang telah dibentuk kemudian dikeringkan (kadar air kira-kira 5%) sehingga
menjadi lembaran kertas. Proses ini berada pada paper machine
Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk memutihkan permukaan atau diberi pengikat yang mengandung formaldehyde, ammonia atau polivinil alkohol agar lebih kuat.Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk panas dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap serta bahan bakar fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk dapat beroperasi.
Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk memutihkan permukaan atau diberi pengikat yang mengandung formaldehyde, ammonia atau polivinil alkohol agar lebih kuat.Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk panas dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap serta bahan bakar fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk dapat beroperasi.
Dalam proses pembuburan kayu, sisa
larutan pemasak dapat dimurnikan kembali dengan proses pemulihan (chemical
recovery).
Siklus pemulihan akan melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan lime kiln melalui 4 tahapan yaitu :
Siklus pemulihan akan melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan lime kiln melalui 4 tahapan yaitu :
ü Air
dari pencucian dialirkan ke evaporator dimana black liquor mengandung
konsentrasi solid sebanyak 65% sampai 75% sebelum masuk ke recovery boiler.
ü Pada
recovery boiler, dalam furnis yang didisain khusus, zat kimia sisa pakai
dipisahkan dari limbah kayu.
ü Zat
kimia dalam proses pulping membentuk lelehan menyerupai lava di dasar recovery
boiler
ü Limbah
kayu dibakar pada bagian atas recovery boiler.
Panas ini
digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi yang dapat digunakan untuk
memenuhi uap yang dibutuhkan dalam penggilingan dan kebutuhan pembangkit
listrik.
Sisa
larutan pemasak (black liquor) mengandung berbagai senyawa organik dan senyawa
sulfur disamping NaOH and Na2S yang reaktif. Black liquor diuapkan dalam furnis
bersama sodium sulfat (Na2SO4) untuk mendapatkan Na2S, dan sodium karbonat
(Na2CO3) dalam bentuk abu.
Abu kemudian dituangkan ke tanki besar
untuk membentuk green liquor, yaitu campuran dari sodium sulfida dan sodium
karbonat. Abu ini kemudian dicampur dengan air dan lime (CaO) yang membentuk
larutan hijau (green liquor) dan menghilangkan bahan kimia asalnya yaitu NaOH
and Na2S, kalsium karbonat (CaCO3)
Pada langkah selanjutnya, lime (kalsium
oksida) ditambahkan ke dalam green liquor untuk mengubah sodium karbonat
menjadi sodium hidroksida sehingga kembali terbentuk white liquor yang akan
digunakan kambali dalam proses pulping berikutnya.
·
Limbah
Yang Dihasilkan
Zat pencemar dari proses pembuatan
kertas yang berpotensi mencemari lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Efluen
limbah cair
Padatan
tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan
sejenisnyab) Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa,
gula, lignin, alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat
sintetis yang menghasilkan BOD tinggi) Limbah cair berwarna
pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertasd) Bahan anorganik
terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-laine) Limbah
panasf) Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform
2. Partikulat
a) Abu
dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
b) Partikulat
zat kimia terutama yang mengandung Na dan C
3. Gas
a. Gas
sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia.
b. Oksida
sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
Kilnc) Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak
pandangan.
4. Solid
Wastes
a) Sludge
dari pengolahan limbah primer dan sekunder
b) Limbah
padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya
·
Dampak
Sosial Yang Ditimbulkan
a. Perampasan
lahan milik masyarakat adat atau komunitas lokal oleh industri.
b. Penghancuran
ekonomi dan sosial di tingkat lokal akibat pengubahan hutan alam menjadi hutan
industri
c. Ancaman
kesehatan akibat penggunaan bahan-bahan kimiawi berbahaya dalam proses
pembuatan dan pemutihan (bleaching) bubur kertas (pulp)
F.
Kegunaan
Kertas
Kertas berbentuk lembaran yang dibuat dari serat kayu atau bambu. Kegunaan kertas, antara lain, untuk menulis, menggambar, dan sebagai pembungkus makanan. Kertas juga dapat digunakan sebagai media untuk membuat koran, majalah, dan buku tulis. Kertas memiliki jenis yang bermacam-macam, mulai dari kertas yang lembut hingga kertas karton yang keras. Kertas sangat praktis karena dapat dibuang setelah digunakan. Selain itu, kertas yang tipis dapat menyerap cairan sehingga digunakan untuk membuat tisu. Kertas termasuk bahan yang mudah didaur ulang. Kertas daur ulang merupakan kertas yang terbuat dari kertas bekas. Kertas memiliki kelemahan, yaitu mudah terbakar, mudah robek, dan tidak tahan air. Hampir dalam semua urusan kita menggunakan kertas, baik pejabat, pasar, restaurant, atau di kamar mandi. Kertas merupakan bahan utama dalam percetakan, penyimpanan dan penyebaran informasi. Malahan ia telah menular masuk dan berkembang pesat dalam sektor-sektor industri. Antara fungsi-fungsi kertas dalam kehidupan manusia ialah sebagai bahan pertanian, industri, gedung, percetakan, pendidikan, pembungkusan, bisnis, pakaian, kesehatan, perjalanan dan hiburan.
Kertas berbentuk lembaran yang dibuat dari serat kayu atau bambu. Kegunaan kertas, antara lain, untuk menulis, menggambar, dan sebagai pembungkus makanan. Kertas juga dapat digunakan sebagai media untuk membuat koran, majalah, dan buku tulis. Kertas memiliki jenis yang bermacam-macam, mulai dari kertas yang lembut hingga kertas karton yang keras. Kertas sangat praktis karena dapat dibuang setelah digunakan. Selain itu, kertas yang tipis dapat menyerap cairan sehingga digunakan untuk membuat tisu. Kertas termasuk bahan yang mudah didaur ulang. Kertas daur ulang merupakan kertas yang terbuat dari kertas bekas. Kertas memiliki kelemahan, yaitu mudah terbakar, mudah robek, dan tidak tahan air. Hampir dalam semua urusan kita menggunakan kertas, baik pejabat, pasar, restaurant, atau di kamar mandi. Kertas merupakan bahan utama dalam percetakan, penyimpanan dan penyebaran informasi. Malahan ia telah menular masuk dan berkembang pesat dalam sektor-sektor industri. Antara fungsi-fungsi kertas dalam kehidupan manusia ialah sebagai bahan pertanian, industri, gedung, percetakan, pendidikan, pembungkusan, bisnis, pakaian, kesehatan, perjalanan dan hiburan.
Langganan:
Postingan (Atom)